The Great Barrier Reef kehilangan lebih dari separuh karang

Bintang laut bermahkota duri (crown of thorns starfish) menjadi penyebab utama kerusakan karang Great Barrier Reef. (AIMS/handout
Jakarta (ANTARA News) - The Great Barrier Reef di Australia kehilangan lebih dari separuh karang penutupnya dalam 27 tahun terakhir, demikian menurut hasil studi the Australian Institute of Marine Science (AIMS) yang dipublikasikan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences,Selasa.

Hasil riset peneliti AIMS di Townsville dan the University of Wollongong itu menunjukkan bahwa pengurangan karang penutup pada sistem terumbu karang terbesar di dunia itu antara lain terjadi karena rusak akibat badai (48 persen), serangan bintang laut berduri (42 persen) dan pemutihan (10 persen).

Menurut peneliti AIMS dan pencetus program tersebut, Dr Peter Doherty, jika kecenderungan seperti itu terus berlanjut maka karang penutup Great Barrier Reef bisa berkurang separuh lagi pada 2022.

"Yang menarik, pola pengurangannya bervariasi di setiap kawasan. Di bagian utara karang penutup relatif stabil, sementara di bagian selatan kami melihat pengurangan karang dramatis, khususnya selama dekade terakhir saat badai menghancurkan banyak terumbu karang," kata Doherty di laman resmi AIMS.

Hasil studi secara jelas menunjukkan bahwa tiga faktor utama yang bertanggungjawab atas pengurangan karang Great Barrier Reef adalah siklon tropis merusak kawasan tengah dan selatan, peledakan populasi bintang laut berduri pemangsa karang di sepanjang Reef dan pemutihan karang di bagian tengah dan utara.

"Data kami menunjukkan bahwa terumbu bisa mengembalikan penutup karang setelah gangguan semacam itu, tapi pemulihannya butuh waktu 10 tahun sampai 20 tahun. Saat ini, interval diantara gangguan terlalu singkat untuk pemulihan penuh dan ini menyebabkan pengurangan jangka panjang," kata Dr. Hugh Sweatman, salah satu penulis studi.

Upaya yang bisa dilakukan untuk menekan laju kerusakan karang Great Barrier Reef yang mulai meningkat sejak 2006 tersebut, menurut CEO AIMS John Gunn, antara lain mengendalikan populasi bintang laut pemakan karang.

"Kita tidak bisa menghentikan badai, tapi mungkin kita bisa menghentikan bintang laut. Jika kita bisa, karang akan punya lebih banyak kesempatan untuk beradaptasi untuk menghadapi kenaikan suhu dan tingkat keasaman air laut," kata John Gunn.

Hasil penelitian menunjukkan, ketiadaan bintang laut pemangsa karang akan meningkatkan jumlah karang penutup sampai 0,89 persen per tahun.

Doherty mengakatan AIMS akan menggandakan usaha untuk memahami siklus hidup bintang laut dengan mahkota berduri supaya bisa melakukan tindakan yang tepat untuk mengendalikan ledakan populasinya.

"Sudah jelas bahwa faktor yang terpenting adalah kualitas air dan kami berencana mengeksplorasi pilihan-pilihan untuk melakukan intervensi pada hama alami ini," katanya.

Penelitian tentang pengurangan populasi karang Great Barrier Reef dilakukan dengan mengamati lebih dari 100 terumbu karang pada 1985 dan sejak tahun 1993 memadukannya dengan survei yang lebih teliti pada 47 terumbu karang. Untuk melakukan penelitian berbiaya 50 juta dolar AS, para peneliti menghabiskan lebih dari 2.700 hari di laut.

(*)
Editor: Maryati


Share this

"Otak kita tidak diciptakan untuk membuat kita bahagia, otak kita diciptakan untuk membuat kita bertahan. Tidak masalah seberapa banyak kita gagal, karena kelegaan terbesar saat kita gagal adalah ketika kita tahu sudah melakukan yang terbaik." | BongChandra

Related Posts

Previous
Next Post »